Saturday, July 20, 2013

To Kill A Mockingbird

 versi yang saya baca

 cover-cover To Kill A Mockingbird dan masih banyak lagi
benar-benar sudah menjadi novel abadi :")

Saya kenal buku ini dari film. Rata-rata film bertema sekolahan yang saya nonton pasti ada adegan siswa yang lagi baca atau sekedar memegang buku ini. Saya jadi penasaran.. sepertinya buku ini menjadi literatur di Amerika sana. Waktu ke Mizan Book Fair kemarin, eh...ketemu deh.. beli deh.. baca deh..

Jawabannya? iya, buku ini pantas. Pantas jadi salah satu literatur. Pantas jadi buku salah satu buku terbaik sepanjang masa. Pantas mendapatkan predikat yang disandangnya sekarang. Saya suka. Suka semuanya. Suka semua karakternya. Suka alur ceritanya. Suka penceritaannya. Suka terjemahannya. padahal awalnya saya sempat skeptis karena latarbelakang buku ini sebagai buku klasik. Tapi, jangan. jangan pernah ragu untuk memulai membaca buku yang satu ini. Kalau saya boleh memakai kata "indah" untuk penggambarannya, sejuta saya berikan.

Ceritanya mengenai kehidupan 1930 dari sudut pandang seorang anak kecil bernama Scout (dia ini cewek) yang tinggal di salah satu daerah di Alabama, Maycomb. Scout, Jem (kakaknya), dan Atticus Finch (ayahnya), hidup bertiga, damai dengan didikan Atticus. Ada juga Calpurnia, seorang negro yang menjadi pembantu rumah tangga setia keluarga Finch. Konflik utamanya adalah, Atticus yang seorang pengacara ditunjuk untuk membela Tom Robbinson, negro yang dituduh menodai anak keluarga Ewell yang terkenal bebal bahkan kerap disebut sampah masyarakat. 

Sejujurnya, saya tahu kok tentang isu perbedaan warna kulit disana. Saya belajar tentang (alm.) Nelson Mandella sejak Sekolah Dasar (walau tidak banyak). Tapi, saya tidak pernah punya bayangan tentang bagaimana perlakuan orang kulit putih terhadap orang kulit hitam disana. pengalaman hidup di negara yang memiliki berbagai suku, ras, agama, dan budaya seperti Indonesia membuat saya tidak pernah berusaha membayangkannya. Saat membaca buku ini, saya baru sadar, orang-orang berkulit putih pada kenyataannya bahkan tidak menganggap orang kulit hitam itu ada, manusia, atau apalah. Mereka memperlakukan orang kulit hitam sebagai kasta terendah dalam kehidupan. Belum Atticus di pengadilan membela Tom, keluarga Atticus sudah diteror dengan berbagai gosip dan sebutan sana-sini. Lalu apakah Tom pantas dibela? Tom Robbinson justru adalah korban. Dia terjebak pada sikap baik hati dan rasa kasihannya. Dia terjebak oleh warna kulitnya. Apapun kebenarannya, dia bersalah. Tom adalah korban dari perilaku manusia yang menganggap diri mereka terhormat tapi tidak memperlakukan orang lain secara terhormat.  Bersalah karena dipandang salah. Tanpa memedulikan kebaikan hati mereka. Atticus diteror karena membela kebenaran. 

Belakangan, orang-orang cenderung membuat norma-nya sendiri. Membukukan hal yang dianggap benar dan salah menurut mereka sendiri.

"Kau tidak akan pernah mengetahui seseorang hingga kau melihat segala sesuatu dari sudut pandangnya... hingga kau menyusup ke balik kulitnya dan menjalani hidup dengan caranya" -- Harper Lee

"Penduduk Maycomb County baru memahami bahwa tak ada yang perlu ditakutkan selain ketakutan itu sendiri" -- Pg. 9

"Hanya karena kita telah tertindas selama seratus tahun sebelum kita mulai melawan, bukanlah alasan bagi kita untuk tidak berusaha menang" -- Pg. 152

"Orang yang berakal sehat, tak berbangga dengan bakatnya" -- Pg. 192

"Sebelum aku mampu hidup bersama orang lain, aku harus hidup dengan diriku sendiri. Satu hal yang tidak tunduk pada mayoritas adalah nurani seseorang" -- Pg. 211

"Kau boleh menembak burung bluejay sebanyak yang kau mau, kalau bisa kena, tetapi ingat, membunuh Mockingbird... itu dosa"

"Ayahmu benar. Mockingbird menyanyikan musik untuk kita nikmati, hanya itulah yang mereka lakukan. Mereka tidak memakan tanaman kebun orang, tidak bersarang di gudang jagung, mereka tidak melakukan apapun kecuali menyanyi dengan tulus untuk kita. Karena itulah, membunuh mockingbird itu dosa."

"Keberanian adalah saat kau tahu kau akan kalah, tapi tetap melakukannya." 
  
Orang-orang yang masih memiliki hati nurani, adalah mockingbird.  
Orang-orang yang hanya menjadi satu dari seribu. 

Ada banyak. banyak sekali quotes keren disini. akan tidak begitu menyenangkan jika saya tuliskan semuanya dalam postingan ini. maka saya akhiri dengan, BACA SEKARANG JUGA !

Monday, July 8, 2013

Summer Rescue


Drama
  10 Episode
Rating : 3 / 5

Setelah menjadi chef, designer, mahasiswa, sekarang Mukai Osamu memerankan peran seorang dokter kota gaul dan manja yang sukses.  Tidak pernah sekalipun gagal dalam operasi yang dijalankannya membuat Hayami sensei  (Mukai Osamu) menjadi salah satu dokter yang paling diperhitungkan. Tiba-tiba, dia dipindahtugaskan menjadi dokter relawan di sebuah gunung dengan keterbatasan obat-obatan dan alat medis. Hayami sensei dengan pedenya datang dan yakin bisa menyelesaikan semua masalah disana. Tapi, saat pasien pertamanya tiba, dia malah berdiri terpaku, shock karena begitu banyak kekurangan yang dimiliki medical clinic di gunung itu. Bingung. Tidak tahu harus berbuat apa. Marah. Karena merasa terbuang di tempat yang tidak ada apa-apanya ini. Kemudian Hayami sensei ngambek, turun gunung karena mendapat telepon dari RS dan mendapati ibunya sakit keras. Sampai akhirnya, dia sendiri gagal menyelamatkan ibunya... Hayami sensei berubah menjadi ultraman pembela kebenaran  orang lain. Bukan dokter yang manja dengan fasilitas lagi dan memutuskan untuk mengabdikan karirnya di gunung itu. 

Pasien dan kasus yang berbeda setiap episodenya membuat Summer Rescue menjadi drama yang cukup menegangkan. Ditambah dengan perlakuan medis yang diberikan tunangan saya Mukai Osamu benar-benar meyakinkan. Saya sering merasa ngeri melihat luka terbuka dan menganga nganga. Tidak sampai hati dan berkali-kali bergidik melihat proses penjahitan lah, pembersihan lah, yaa begitu lah. Nah yang buat drama ini jadi agak-agak terasa ada yang kurang itu adalaaaah... karena (menurut saya) nonton drama ini mesti banget dicari moodnya. Cerita yang cukup serius, jokes nya kurang, apalagi romance nya (sebentar saya pikir dulu.....) saya tidak yakin tentang ini. soalnya masih betul-betul abu-abu. jadi, buat yang mau tontonan ringan, mungkin drama ini tidak cocok. buat yang suka Mukai Osamu pati tidak ada alasan untuk tidak cocok :D

The most important thing about mountains is not to give up
You have to think “i’ll definitely climb it” while climbing
And you have to believe “i’ll definitely get down it” while going down
You shouldn’t limit yourself by thinking, “Ah, i cant do anymore”-  Inoue-kun


sekian,
salam rindu selalu,
penulis *kenapa jadi alay ya*

Sunday, July 7, 2013

School 2013

Drama KBS2
  16 Episode
Rating : 3.5 / 5
Yang kenal saya pasti tahu betapa saya tidak suka dengan suara Jang Nara. Maka pas tau kalo Jang Nara akan memerankan guru di drama ini, tanpa ragu dan bimbang saya memutuskan untuk tidak menontonnya. tidak pernah saya sentuh, sedikit pun.
Kemudian..... (ah dari romannya sudah keliatan saya labil)
Saat nonton I Hear Your Voice, Kim Jong Suk membuat saya berubah pikiran (hihihi). 
Drama ini bercerita tentang kehidupan SMA kelas 2-2 dengan wali kelas Jung-sam dan Kang-sam. Di kelas itu, hiduplah (kenapa jadi kayak dongeng -,-) Go Nam Soon, ini anak awalnya biasa-biasa aja sih, malam kerja sambilan, siang pergi sekolah dan disana kerjanya tiduuur terus, dipalak pasrah, dipukul tidak melawan. pokoknya tidak ada keren-kerennya lah. ada juga Oh Jung Ho dan 2 anteknya. preman sekolah no. 1 yang sering gangguin siswa lain. 
3 episode berselang.......
Datang seorang anak baru (kyaaaaak Kim Woo Bin) Park Heung Soo dengan gaya selengeannya yang ternyata teman SMP GNS. Oh Jung Ho merasa dirinya tersaingi oleh PHS maka dia menantang PHS. Tapi, GNS ini sukaaaaa sekali ikut campur, suka dekat-dekat sama PHS padahal PHS benci sama dia. Kenapa?  Ya... itu masalah ,ereka, kenapa kalian mau tau? kalo mau tau nonton gih !
Selain tentang GNS dan PHS, ada juga konflik GNS-PHS dan OJH-antek, dan teman-temannya. Saya akui, cerita keluarga, persahabatan, dan loyalitas seperti ini aduuuuh terlalu gampang membuat saya rapuh, mengiris hatiu berkeping-keping sampai saya harus menghabiskan tisu berlembar-lempar (pointnya : nangis). Bukan cuma tentang cerita 2 pemeran cowok utamanya, tapi juga tentang cerita anak-anak lain di kelas itu. tentang Kim Min Ki, tentang Na Ri, dan sebagainya dan sebagainya.
Pengakuan lain, kenapa saya tidak memberi 5 bintang sekalian? he he he, setengah karena Jang Nara, dan setengah karena gaya bicara Kang Se Chan (diperankan Daniel), dan setengah lagi karena SEJUJURNYA saya tidak menonton bagian pembicaraan antar guru atau guru dan orangtua. Pokoknya yang bener-bener yang anak SMAnya.
yaaaa...... jangan ikuti jejak saya, mungkin kalian suka jadi pokoknya, drama ini bagus buat kangen-kangenan sama SMA. (AH... jadi kangen lagi)

It'll be pretty when you look at it closely.
It'll be lovely if you look at it for a long time
You are the same - Go Nam Soon to Han Yeong Woo

To me, other than soccer, it was only you 
When my future in soccer was ruined and i wanted die
you should have at least been by my side - Park Heung Soo to Goo Nam Soon

Oh iya, saya ini suka sekali Go Nam Soon - Park Heung Soo Couple. Persahabatan mereka hiks. huahahahahaha !!!


Terima kasih dan
Salam rindu selalu....
Penulis 

Nail Shop Paris


Drama MBC
  10 Episode
Rating : 2.5 / 5

Bercerita tentang penulis novel yang kehilangan inspirasi di tengah jalan. Kemudian bertemu dengan Alex. Tokoh dambaan wanita (katanya) dengan sikapnya yang cool, pembela kebenaran, dan baik hatinya. Dimulailah petualangan Bunnie (panggilan Gyuri di Nailshop) mencari tahu segala sesuatu tentang Alex yang ternyata adalah..... seorang nail artist. Untuk menunjang projeknya, Bunnie memutuskan masuk ke dunia Alex dan menyamar menjadi laki-laki (karena NailShopParis Cuma menerima pekerja laki-laki).  Disana, dia menjadi rekan kerja Alex, Kay, Jin, dan seorang bos wanita. 
Setiap episodenya, selain menceritakan tentang Bunnie dan inspirasinya, ada juga masalah yang muncul dari berbagai customer. Dengan bumbu ini, masih juga tidak cukup membantu menaikkan rating drama NSP di mata saya.

Debut Gyuri KARA di Nail Shop Paris (IMHO)  kurang berhasil. Aktingnya yang berperan sebagai cewek yang nyamar jadi cowok sama sekali tidak meyakinkan. Dan kenapa pula aksen rata-rata dramkor cewek yang nyamar jadi cowok selalu berakhir seperti aksen yang digunakan Gyuri (sebelumnya ShinHye, Hajiwon, dan kakak Mir yang saya lupa namanya, juga seperti ini). Oh iya, selain Gyuri ada juga Thunder MBLAQ yang melakukan debut di dunia dramkor. sejauh mata menonton, aktingnya biasa lah. tidak bagus tapi juga tidak jelek. well, Thunder cocok-cocok aja sih dengan perannya sebagai cowok imut :p

Yang membuat penonton sepemikiran dengan saya bertahan nonton, pastilah nailart nya (kebanyakan sih saya pikir mengerikan karena runcing2 hehehe) dan abang Kay yang akhirnya comeback setelah (darimanakah orang ini?). 

Keputusan untuk membuat NSP ini  terdiri dari 10 episode menurut saya bagus (untunglah). Tidak memaksakan diri untuk bertahan berbelit-belit dengan masalah yang sudah terlalu jelas, biasa, dan mudah tertebak. 



Sekian review sok tahu dari penonton awam seperti saya.
Salam rindu selalu....
Penulis ^^

Thursday, June 27, 2013

Ketemu Agustinus Wibowo

Tanya saya, bagaimana rasanya ketemu langsung salah satu penulis yang kamu idolakan?

Jawabannya, bahagia tak terperih :’) 

Saat saya tweet ungkapan itu, teman saya bertanya, “bagaimana itu bahagia tidak terperih?” tidak tahu? Iya, begitulah rasa bahagianya... entah mesti diungkapkan seperti apa *teriak sambil gegulingan meluk buku bertanda tangan*

Hari itu, teman SD saya Octari Pratiwi Arif yang lama tak berjumpa ngetweet schedule MIWF2013. “Makassar International Writer Festival 2013”. Iseng, saya buka linknya dan mendapati salah satu penulis yang menjadi pembicara adalah........ 

AGUSTINUS WIBOWO 

Ya Allah, baru kemarin saya curhat (dalam hati dan diary) bagaimana rasanya ketemu kak Agustinus Wibowo ini dan secepat itu (re : sebulan) dijawab Allah :”). Belum bertemu saja, saya sudah ingin menangis bahagia. Kemudian, saya cari info kesana kemari dan akhirnya registrasilah saya ke salah satu acaranya, “Workshop Travel Writing” . Sebenarnya cukup banyak sesi yang dibawakan oleh kak AW di MIWF. Tapi, dasar saya #DutaMagerSedunia, saya datangnya baru hari kedua. Menyesalnya bukaaaaaan main ! ugh ! 

Tiba di Benteng Rotterdam, saya dan Tari mendapati tempat sepi yang hanya diisi beberapa orang yang menawarkan buku dan berbincang hangat (asik bahasanya). Ke Room I seperti yang tertulis dijadwal, tapi kok tidak ada tanda-tanda yaa? Heran. Kami akhirnya duduk galau cantik manis tenang di rumput museum sambil ngobrol. Jreng, kak AW lewat dengan ransel dan kemeja hitamnya. Saya senyam senyum. Dianya kok ke Room III ?????? Kami tanyalah ke panitianya, terus dia jawab, iya kok di Room I. Tidak percaya (hehe), kami mengecek Room III dan benar saja, ternyata ada perubahan ruangan. UGH ! untung belum mulai. Registrasi lagi, duduk galau cantik manis tenang lagi di kursi. Eh, ada orang minta tanda tangan, tanpa babibu ikutan deh hehehe... (minta ttd buku selimut debu, ditanyain nama, saya jawab emi, E M I) 

buku selimut debu yang ditandatangani pertama :3

Acara mulai..... 

Keliatan dong yaa apa isi workshopnya? Kalau mau tau lebih jelas let me know yaa.. ntar saya posting juga hehehe sekarang isinya cuman pure curhat soalnya. Maaf ya, muach. 

kak Agustinus Wibowo membawakan materi workshop

10 menit terakhir, kita dibagikan kertas dan diminta menuliskan satu paragraf saja cerita perjalanan tanpa memberitahukan tempatnya. Dengan sepenuh hati saya tulis. Selesai, ditanyain siapa yang mau naik membacakan ceritanya... peserta mengangkat tangan, membacakan cerita, dan kita kemudian ditanya tempat yang ada dalam cerita. Ada yang cerita puntondo, bantimurung, pantai losari, dll. Nah, yang bikin gatal buat naik baca juga itu karena setelahnya, tulisan kita akan dikomentari oleh kak AW. Diberi saran. Siapa yang nggak ileran cobak?! Yaudah deh... 

saya dan cerita satu paragraf saya (btw, bantetnya dirikuh T,T)

Angkat tangan. 

Saya naik membacakan, sukur orang-orang bisa nebak (kelewatan kalo nggak). Senangnya, tulisan saya dibilang sudah cukup bagus karena ada adegan dan deskripsi di dalamnya. Berbunga-bunga ya Allah... hahahahaha Selesai acara, kita dibolehkan foto-foto dan minta tanda tangan. Tari baek banget mau fotoin saya sama kak AW hihihi Alhamdulillah... tapi saya jadi nda enaklah ini soalnya, pas giliran saya fotoin tari sama kak AW, kameranya nda fokus karena tas saya kesenggol T.T maaf Tari :(

 
Karena memang impian saya mau beli titik nol (yang follow twitter saya mungkin tau *keseringan galau titik nol) tapi nda pernah kesampaian karena seharga dua buku hehe.. tapi, disana mumpung ada penulisnya, bisa minta tandatangan, secepat naga saya (ditemani Tari, baik banget :”)) capcus beli bukunya dan pergi lagi minta tanda tangannya. Pas minta, saya langsung bilang emi, terus kak AW bilang E M I ya, sambil senyum mengingat nama saya tadi waktu minta ttd selimut debu, aih :”) selesai itu, kak AW bilang “ditunggu ya tulisannya” Dengan semangat membara saya aminkan dalam hati. 

buku baru, fresh baru lepas dari kungkungan plastik langsung ditandatanganin :3

Terima kasih :”) Terima kasih karena doa yang begitu cepat terjawab ini, terima kasih MIWF, terima kasih Tari, dan terima kasih kak Agustinus Wibowo, untuk tulisan, ilmu, dan ceritanya.

Friday, June 21, 2013

Think Too Much

Kadang kita (atau cuma saya?) terlalu khawatir dengan masa depan. Terlalu sibuk merancang apa yang akan kita (atau cuma saya?) lakukan sedetik, semenit, sejam, sehari bahkan sebulan kemudian. 
Kadang, kita (atau cuma saya?) akan membuat simulasi kehidupan mendatang di dalam pikiran sendiri. Merencanakan kata demi kata, perbuatan, ini dan itu sampai ke hal yang paling kecil. Lalu apa yang terjadi kemudian? Kita (atau cuma saya?) cuma akan menertawakan diri sendiri karena sikap berlebihan. khawatir yang sebenarnya sama sekali tidak perlu. saat sadar, itu sudah menjadi kebiasaan. 

Masalah.

Selalu jatuh ke lubang yang sama. Selalu terperangkap pada kekhawatiran yang tidak perlu. Berulang-ulang.